Gerakan Kepanduan Dunia
Gerakan Kepanduan adalah sebuah gerakan
pembinaan pemuda yang memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan terdiri
dari berbagai organisasi kepemudaan, baik untuk pria maupun wanita, yang
bertujuan untuk melatih fisik, mental dan spiritual para pesertanya dan mendorong mereka untuk
melakukan kegiatan positif di masyarakat. Tujuan ini dicapai melalui program
latihan dan pendidikan non-formal kepramukaan yang mengutamakan aktivitas
praktis di lapangan. Saat ini, terdapat lebih dari 38 juta anggota kepanduan
dari 217 negara dan teritori.
Logo
Gerakan Kepanduan Dunia, WOSM (World Organization of Scout Movement)
Kelahiran
Gerakan Kepanduan
Gerakan ini dimulai pada tahun 1907
ketika Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan
bersenjata Britania Raya, dan William Alexander
Smith, pendiri Boy's
Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai jamboree)
di Kepulauan Brownsea, Inggris.
Ide untuk mengadakan gerakan
tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota
Mafeking, Afrika Selatan, dari serangan tentara Boer. Ketika
itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya,
sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela. Tugas
utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang
ringan tapi penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke
seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan
dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking
selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka
dapatkan, setiap anggota tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana.
Gambar dari lencana ini kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka
internasional.
Keberhasilan Baden-Powell
mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian
menulis sebuah buku yang berjudul Aids
to Scouting
(ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu.
Pada tahun 1906, Ernest
Thompson Seton
mengirimkan Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, seorang keturunan
Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan
menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda.
Pertemuannya dengan Seton tersebut
mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids to Scouting, dengan
versi baru yang diberi judul Boy's Patrols. Buku tersebut dimaksudkan
sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda ketika itu. Kemudian, untuk
menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari
berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1
Agustus, di kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal
dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi
kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para
pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu di
antara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut.
Setelah bukunya diterbitkan dan
perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses, Baden-Powell pergi untuk
sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur
Pearson untuk
mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut,
dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting
fo Boys,
yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy Scout Handbook)
edisi pertama.
Saat itu Baden-Powell mengharapkan
bukunya dapat memberikan ide baru untuk beberapa organisasi pemuda yang telah
ada. Tapi yang terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru
dan meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai
mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang
mereka dirikan tersebut.
Seiring dengan bertambahnya jumlah
anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka; Ia membutuhkan
asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia merencanakan untuk membentuk
sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan bagi Orang Dewasa (Adult
Leadership Training Center). Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London
dibeli sebagai lokasi pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang
berjudul Aids to Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian
ia kumpulkan dan disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover
Scouts pada tahun 1922.
Sekalipun Gerakan Kepanduan
didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell
Burnham, orang
Amerika yg membantu Inggris di Afrika Selatan. Burnham banyak belajar teknik
hidup di alam bebas dari ayahnya yang menjadi pastor di tempat penampungan
(reservasi) orang Indian. Burnham yang sukses menghadapi beberapa perang
pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afrika Selatan & berkenalan dengan
Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnhamlah Baden-Powell menyusun berbagai
ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan seorang Boy Scout (Pandu).
Terinspirasi orang Indian. Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham diangkat
sebagai “Kepala Suku” pertama dari gerakan yg didirikan Baden-Powell.
Perkembangan Gerakan Kepanduan
Tak lama setelah buku Scouting
For Boys diterbitkan, Pramuka mulai dikenal di seluruh Inggris dan Irlandia. Gerakannya sendiri, secara perlahan tapi pasti, mulai
dicoba dan diterapkan diseluruh wilayah kerajaan Inggris dan koloninya.
Unit kepanduan di luar wilayah
kerajaan Inggris yang pertama diakui keberadaannya, dibentuk di Gilbraltar
pada tahun 1908, yang kemudian diikuti oleh pembentukan unit lainnya di Malta.
Kanada ialah koloni Inggris pertama yang mendapat izin dari kerajaan Inggris
untuk mendirikan gerakan kepanduan, diikuti oleh Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Chili ialah negara pertama di luar Inggris dan koloninya yang
membentuk gerakan kepanduan. Parade Pramuka pertama diadakan di Crystal Palace,
London pada tahun 1910. Parade tersebut menarik minat para remaja di Inggris.
Tidak kurang dari 10.000 remaja putra dan putri tertarik untuk bergabung dalam
kegiatan kepanduan. Pada 1910 Argentina, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman,
Yunani, India, Meksiko, Belanda, Norwegia, Russia, Singapura, Swedia, dan
Amerika Serikat tercatat telah memiliki organisasi kepramukaan.
Semenjak didirikan, Gerakan Pramuka
yang memfokuskan program pada remaja usia 11-18 tahun telah mendapat respon
yang menggembirakan, anggota bertambah dengan cepat. Kebutuhan program pun
dengan sendirinya bertambah. Untuk memenuhi keinginan dan ketertarikan para
generasi muda pada saat itu, gerakan pramuka menambah empat program dalam
organisasinya untuk melebarkan lingkup keanggotaan gerakan pramuka. Keempat
prpogram tersebut meliputi : Pendidikan Generasi Muda usia dini, Usia Remaja,
pendidikan kepanduan putri, dan pendidikan kepemimpinan bagi pembina.
Program untuk golongan siaga, unit Satuan Karya, dan Penegak/pandega mulai disusun pada akhir tahun 1910 di beberapa negara.
Terkadang, kegiatan kegiatan tersebut hanya berawal di tingkat lokal/ ranting
yang dikelola dalam skala kecil, baru kemudian diakui dan diadopsi oleh kwartir
nasional. Kasus serupa terjadi pada pendirian golongan siaga di Amerika
Serikat, yang program golongan siaganya telah dimulai sejak 1911 di tingkat
ranting namun belum mendapatkan pengakuan hingga 1930.
Sejak awal didirikannya gerakan
kepanduan, para remaja putri telah mengisyaratkan besarnya minat mereka untuk
bergabung. Untuk mengakomodasi minat tersebut, Agnes Baden Powell —adik dari
bapak kepanduan sedunia, Robert Baden Powell,— pada tahun 1910 ditunjuk menjadi
presiden organiasi kepanduan putri pertama di dunia. Agnes pada awalnya
menamakan organisasi tersebut Rosebud, yang kemudian berganti menjadi Brownies
(Girl Guide) pada 1914. Agnes mundur dari kursi presiden pada tahun 1917
dan digantikan oleh Olive Baden Powell, istri dari Lord Baden-Powell. Agnes
tetap menjabat sebagai wakil presiden hingga ia meninggal pada usia 86 tahun.
Pada waktu tersebut, kepanduan putri telah diposisikan sebagai unit terpisah
dari kepanduan pria, hal tersebut dilakukan menimbang norma sosial yang berlaku
saat tersebut. Pada era 90-an, Banyak organisasi kepanduan di dunia yang saling
bekerjasama antara unit putra dan putri untuk memberikan pendidikan kepanduan.
Program awal bagi pendidikan pembina
diadakan di London pada tahun 1910, dan di Yorkshire pada tahun 1911. Namun, Baden Powell menginginkan
pendidikan tersebut dapat dipraktekkan semaksimal mungkin. Hal tersebut berarti
bahwa dalam setiap pendidikan diperlukan praktek lapangan semisal berkemah. Hal
ini membimbing pembentukan kursus Woodbadge. Akibat Perang Dunia I, pendidikan woodbadge bagi para pembina tertunda
hingga tahun 1919. Pada tahun tersebut, diadakan kursus woodbadge pertama
di Gilwell Park. Pada saat ini, pendidikan bagi pembina telah beragam dan
memiliki cakupan yang luas. Beberapa pendidikan yang cukup terkenal bagi
pembina, seperti Pendidikan dasar, Pendidikan spesifik golongan, hingga kursus
Woodbadge.
Keanggotaan
Scouting
'round the world,
1977 edition
Sampai
tahun 2005, terdapat lebih dari 28 juta anggota terdaftar kepanduan putra dan
10 juta anggota terdaftar kepanduan putri di seluruh dunia dari 216 negara dan
teritori berbeda.
Daftar 20 besar negara-negara dengan jumlah anggota pramuka
terbesar:
Negara
|
Keanggotaan
|
Tahun
Berdiri
|
|
Kepanduan
Putra
|
Kepanduan
Putri
|
||
Indonesia
|
17.100.000
|
1912
|
1912
|
Amerika Serikat
|
7.500.000
|
1910
|
1912
|
India
|
4.150.000
|
1909
|
1911
|
Filipina
|
2.150.000
|
1910
|
1918
|
Thailand
|
1.300.000
|
1911
|
1957
|
Bangladesh
|
1.050.000
|
1920
|
1928
|
Britania Raya
|
1.000.000
|
1907
|
1909
|
Pakistan
|
575.000
|
1909
|
1911
|
Kenya
|
480.000
|
1910
|
1920
|
Korea Selatan
|
270.000
|
1922
|
1946
|
Jerman
|
250.000
|
1910
|
1912
|
Uganda
|
230.000
|
1915
|
1914
|
Italia
|
220.000
|
1912
|
1912
|
Kanada
|
220.000
|
1908
|
1910
|
Jepang
|
200.000
|
1913
|
1919
|
Perancis
|
200.000
|
1910
|
1911
|
Belgia
|
170.000
|
1911
|
1915
|
Polandia
|
160.000
|
1910
|
1910
|
Nigeria
|
160.000
|
1915
|
1919
|
Hong Kong
|
160.000
|
1914
|
1916
|
Gerakan Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka Indonesia adalah
nama organisasi pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja
Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka,
yang meliputi; Pramuka Siaga
(7-10 tahun), Pramuka Penggalang
(11-15 tahun), Pramuka Penegak
(16-20 tahun) dan Pramuka Pandega
(21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka,
Pamong Saka Pramuka,
Staf Kwartir
dan Majelis Pembimbing.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar
lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka
dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan,
yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.
Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Lambang Gerakan Pramuka berupa Tunas Kelapa Bendera Gerakan Pramuka
Indonesia
Sejarah
Lambang
identitas dari INPO yang berupa bendera merah dan putih berukuran 84 cm X 120 cm.
Gerakan
Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale
Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu,
bernama (Belanda) Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926. Pendirian gerakan ini pada tanggal 14 Agustus 1961 sedikit-banyak diilhami oleh Komsomol di Uni Soviet.
Organisasi
Kepanduan Indonesia di seputaran tahun 1920-an.
Pada
tanggal 26 Oktober 2010, Dewan Perwakilan
Rakyat
mengabsahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Berdasarkan UU ini, maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang boleh
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diperbolehkan
untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
Masa
Hindia Belanda
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa
pemuda Indonesia mempunyai "saham" besar
dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya
pendidikan kepanduan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan
kepanduan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat
gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia
dimulai oleh adanya cabang "Nederlandsche Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama
menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepanduan yang
diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaansche
Padvinders Organisatie;
berdiri atas prakarsa S.P.
Mangkunegara VII
pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepanduan itu
senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan
pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hizbul Wathan" (HW); "Nationale Padvinderij" yang
didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam
Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam
Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietische
Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch
Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi
kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu
"Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu
Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23
Juli 1941 di Yogyakarta.Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada
tanggal 23
Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi,
akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari
Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij);
PK-Pandu Kebangsaan).
PAPI kemudian berkembang menjadi
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah
gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas
agama. kepanduan yang bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI),
Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita
(SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische
Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang
kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI
merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami
beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang
kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat
PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.”
Masa
Perang Dunia II
Pada
masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda
meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk
gerakan kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II
tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para
anggotanya. Karena Pramuka merupakan suatu organisai yang menjunjung tinggi
nilai persatuan. Oleh karena itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di
Indonesia.
Masa
Republik Indonesia
Sebulan sesudah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan berkumpul
di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan
Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah
organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan
Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud dilaksanakan
pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu
Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh
serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI
mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A,
tertanggal 1
Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh
Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan
kemerdekaan 17
Agustus 1948
waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta,
senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai
Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan
bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,.
Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera
Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk
mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota
pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan
bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu
inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal
20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan
untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus
untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah
suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya
organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor
2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa
Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia,
jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau
direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu
keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepanduan menga-dakan konfersensi di
Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16
September 1951
diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi
anggota kepanduan sedunia.
Ipindo merupakan federasi bagi
organisasi kepanduan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua
federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO
(Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama
menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi
Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat
di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana
kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran
upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini
diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu
rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di
Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan.
Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan
topik "Penasionalan Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera
dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan
perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat.
Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo
mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
Nah, masa-masa kemudian adalah masa
menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.
Kelahiran Gerakan Pramuka
Sejarah Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka lahir
pada tahun 1961,
jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu
mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan
di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu
sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota
perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa
perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember
1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan
ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang
kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741)
dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah
untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya
dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar
Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret
1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia,
bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan
bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan
harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang
disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, Menteri
P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri
Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini
tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI
No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana
Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut
oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas
panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga,
keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961
tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas
Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan
Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran
Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan
serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
1.
Pidato
Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili
organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di
Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
2.
Diterbitkannya
Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan
Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka
sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan
pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta
mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan
pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya.
Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka
memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di
lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN
KERJA.
3.
Pernyataan
para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri
ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada
tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa
ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR
GERAKAN PRAMUKA.
4.
Pelantikan
Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk
diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan
Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada
tanggal 14 Agustus 1961.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI
PRAMUKA.
5.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan
6. Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret
1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan
Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI
No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
7. Menurut Anggaran Dasar Gerakan
Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional
(MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan
Kwartir Nasional Harian.
8. Badan Pimpinan Pusat ini secara
simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-45, yaitu terdiri atas
Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan
dalam Kwarnasri 8 orang.
9. Namun dalam realisasinya seperti
tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah
anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di
antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini
menjadi anggota Kwarnari.
10. Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI
Dr.A. Aziz Saleh.
11. Sementara itu dalam Kwarnas, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh
sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
12. Gerakan Pramuka secara resmi
diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961
bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia.
Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang
diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling
Jakarta.
13. Sebelum kegiatan pawai/defile,
Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan
menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan
Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan
kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum
pawai/defile dimulai.
14. Peristiwa perkenalan tanggal 14
Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun
diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Tujuan Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan untuk
membentuk setiap pramuka:
·
Memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan
hidup, sehat jasmani, dan rohani;
·
Menjadi warga
negara yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik, dan berguna, yang dapat
membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab
atas pembangunan bangsa, dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup,
dan alam lingkungan.
Lingkup Prinsip Dasar
Kepramukaan
Prinsip
Dasar Kepramukaan meliputi :
1.
Iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.
Peduli
terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
3.
Peduli
terhadap diri pribadinya; dan
4.
Taat
kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Pengamalan Nilai dan Prinsip
Dasar Kepramukaan
Nilai
dan Prinsip Dasar Kepramukaan dilaksanakan dalam bentuk-bentuk.
1. Mentaati perintah Tuhan Yang Maha
Esa dan menjauhi laranganNya serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya
2. Memiliki kewajiban untuk menjaga,
memelihara persaudaraan dan perdamaian di masyarakat, memperkokoh persatuan,
serta mempertahankan Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan kebhinekaan
3. Melestarikan lingkungan hidup yang
bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan
kesejahteraan hidup masyarakat.
4. Mengakui bahwa manusia tidak hidup
sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip perikemanusiaan yang adil
dan beradab;
5. Memahami potensi diri pribadi untuk
dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depannya dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
6. Mengamalkan Satya dan Darma Pramuka
dalam kehidupan sehari-hari.
Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan
merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan Prinsip Dasar
Kepramukaan. Setiap unsur dalam Metode Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan
spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan..
Macam Metode Kepramukaan
Metode
Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif profresif melalui :
1.
pengamalan
Kode Kehormatan Pramuka
2.
belajar
sambil melakukan
3.
kegiatan
berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4.
kegiatan
yang menarik dan menantang;
5.
kegiatan
di alam terbuka;
6.
kehadiran
orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7.
penghargaan
berupa tanda kecakapan;
8.
satuan
terpisah antara putra dan putri;
Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri
atas janji yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut darma merupakan
salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan.
Satya Pramuka diucapkan secara sukarela
oleh seorang calon Anggota Gerakan Pramuka
setelah memenuhi persyaratan keanggotaan. Satya
Pramuka juga digunakan sebagai pengikat diri pribadi untuk secara
sukarela mengamalkannya dan dipakai sebagai titik tolak memasuki proses Pendidikan
Kepramukaan guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,
sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
Sedangkan Darma
Pramuka adalah alat pendidikan mandiri yang progresif untuk membina
dan mengembangkan akhlak mulia, selain itu juga merupakan upaya memberi
pengalaman praktis yang mendorong agar anggotanya menemukan, menghayat, serta
mematuhi sistem nilai yang dimiliki masyarakat dimana ia hidup dan menjadi
anggota dalam masyarakat tersebut. Sebagai landasan gerak bagi Gerakan Pramuka, Darma
Pramuka berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan Pendidikan
Kepramukaan yang kegiatannya mendorong peserta didik manunggal
dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa
kebersamaan dan gotong royong. Darma
Pramuka dapat pula disamakan dengan Kode
Etik bagi organisasi dan Anggota Gerakan Pramuka
yang berperan sebagai landasan serta ketentuan moral dasar yang diterapkan
bersama berbagai ketentuan lainnya yang mengatur hak dan kewajiban anggotanya,
pembagian tanggungjawab antar anggota serta pengambilan keputusan oleh anggota.
Belajar
Sambil Melakukan
Belajar
sambil melalukan dilaksanan dengan mengutamakan sebanyak mungkin kegiatan
praktik secara praktis pada setiap kegiatan
kepramukaan
dalam bentuk pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat
bagi anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda
untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangkasang agar timbulnya keingintahuan
akan hal-hal baru, serta memacu agar berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan, baik di dalam Gerakan Pramuka maupun di dalam lingkungan kemasyarakatan merupakan tujuan
dari belajar sambil melakukan.
Kegiatan
Berkelompok Bekerjasama dan Berkompetisi
Peserta
didik dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh peserta didik
sendiri. Kegiatan berkelompok memberikan kesempatan belajar memimpin dan
dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta
bekerja dan bekerjasama dalam kerukunan. Kegiatan berkelompok memberi
kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna
menumbuhkan keinginan untuk menjadi lebih baik.
Kegiatan
yang Menarik dan Menantang
Kegiatan
menarik dan menantang merupakan kegiatan yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan
mengandung pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah
pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota
Gerakan Pramuka. Diselenggarakan dengan memperhatikan tiga pilar pendidikan
kepramukaan yakni modern, manfaat, dan taat asas. Penyelenggaraannya
disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik,
sehingga mudah diterima oleh yang bersangkutan. Diutamakan pada kegiatan yang
dapat mengembangkan bakat dan minat yang mencakup ranah spiritual, emosional,
sosial, intelektual, dan fisik peserta didik, serta bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian.
Kegiatan
di Alam Terbuka
Kegiatan di alam terbuka merupakan
kegiatan rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan
keamanan, dan tidak jarang diikuti dengan kegiatan yang menarik dan menantang
terutama bagi kaum muda agar bersedia dan mau bergabung dalam Gerakan Pramuka,
serta bagi anggota Pramuka agar tetap terpikat, mengikuti
serta mengembangkan kegiatan kepramukaan.
Biasanya kegiatan di alam terbuka
dapat memberikan pengalaman dengan adanya rasa saling ketergantungan antara
unsur-sunru alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, serta mengembangkan suatu
rasa tanggungjawab akan masa depan dengan menghormati keseimbangan alam untuk
tetep menjaga serta menanamkan pada anggota muda bahwa menjaga lingkungan adalah hal
yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan dasar dalam setiap
kegiatan yang selaras dengan alam.
Mengembangkan kemampuan untuk
menghadapi dan mengatasi tantangan, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebihan
di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam
kesederhanaan, serta membina kerjasama dan rasa memiliki.
Kehadiran
Orang Dewasa yang Memberikan Bimbingan, Dorongan, dan Dukungan
Anggota dewasa berfungsi sebagai perencanaan,
organisator, pelaksanaan, pengendalian, pengawas dan penilai. Sedang Pramuka Penegak dan Pandega berfungsi sebagai pembantu anggota dewasa dalam
melaksanakan kegiatan
kepramukaan.
Anggota muda yang dalam melaksanakan kegiatan
yang dimaksud, diharap dapat melakukan konsultasi dengan anggota dewasa . Dan pada waktu pelaksanaan
kegiatan tersebut, anggota dewasa diharapkan dapat memberikan
pembinaan dan pendampingan. Dikarenakan anggota dewasa bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan
kepramukaan
oleh anggota muda.
Penghargaan
Berupa Tanda Kecakapan
Penghargaan
berupa tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang peserta didik agar
secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan
serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan
pengakuan yang diberikan kepada peserta didik yang telah menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi
keterampilan. Setiap peserta didik wajib berupaya memiliki keterampilan yang
berguna bagi kehidupan diri dan baktinya kepada masyarakat.
Sistem
Satuan Terpisah
Satuan terpisah pramuka putra dan
pramuka putri diterapkan di gugus depan, satuan karya pramuka, dan kegiatan
bersama. Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra
dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan siaga putra dapat dibina oleh
pembina putri. Kegiatan yang
diselenggarakan dalam bentuk perkemahan, harus dijamin dan dijaga agar tempat
perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri
dipimpin oleh pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.
No comments:
Post a Comment